Duka itu masih terkenang, tersimpan didalam lubuk warga dan masyarakat kabupaten Hulu Sungai Tengah. Semua tak menyangka langit hitam pekat ternyata merupakan sinyal akan turunnya hujan yang tak berujung. Hujan yang tadinya merupakan sahabat malam kini telah berubah menjadi lautan duka.
Tercatat hingga kini ada sekitar 150 lebih rumah yang hilang tak tersisa, ratusan rumah lainnya rusak dan tak layak untuk dihuni, dan 12 ribu lainnya terdampak dari nestapa banjir ini.
Banjir telah berlalu namun duka itu masih menyelimuti hampir seluruh warga HST. Bagi yang hidupnya di kota. setidaknya kita masih bisa melihat sisa lumpur tanah yang mengering, tumpukan barang yang tak layak pakai dimana-mana. Sesekali terlihat gerombolan warga yang memburu barang diskonan dari penjual yang terdampak.
Tapi tidak dengan mereka yang berada di dekat pegunungan, dipesisir sungai dan pedalaman, mereka hanya bisa termenung, duduk meratapi apa yang telah terjadi. Tak ada yang mau disalahkan atas bencana ini. Tidak ada lagi hijaunya tanaman, nyamannya kasur empuk, duduk manis di teras rumah, ibadah yang khusyu. Jangankan untuk berburu diskon, bahkan untuk menyalakan api dapurpun mereka tak kuasa. Yang tersisa hanyalah tumpukan lumpur dimana mana, dinginnya malam menusuk, panasnya terik tak berhujung dan sembari menanti sisa-sisa bantuan dari donator.
Kini mereka hanya bisa menunggu uluran tangan dan bantuan kita semua, mengembalikan apa yang telah hilang memanglah bukan tugas kita, tapi memberikan sebuah sapa dan senyuman adalah bukti dari kita sebagai warga sebangsa seagama dan setanah air.
Mari bersama membantu warga kita yang terdampak dengan banjir ini, baik berupa donasi pakaian, makanan, ataupun dana untuk meringankan beban mereka. Salurkan donasi anda melalui UPZ Al Khair yang telah bekerjasama dengan BAZNAS sehingga bantuan anda akan tersalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Bersama bangkit untuk Murakata.
Posting Komentar